Kesepian (Prosa)
Rasa kesepian bisa muncul kapan saja, bahkan saat situasi sedang ramai tetapi mereka semua sibuk di dunia kecilnya masing-masing.
Sungguh aku ingin berbaur, tetapi sepertinya jika aku mulai berbicara itu akan membuat pembicaraan mereka menjadi canggung, tapi akhirnya kucoba juga, dan ternyata tidak secanggung itu, mereka menanggapiku, tapi sekarang aku yang merasa canggung, jadi aku berhenti bicara.
Merasa kesepian terkadang dibuat oleh diri sendiri, aku yang tidak mau diganggu, aku yang butuh sendiri, aku yang merasa berbicara ke orang lain hanyalah kewajiban yang diturunkan melalui evolusi dari nenek moyangku.
Tubuh kita tidak tahu jika ternyata kita bisa hidup di kesendirian, walaupun susah melawan keadaan.
Tubuh kita tidak ber-evolusi secepat kita ber-revolusi, mungkin memang ada baiknya jika teknologi-teknologi baru dirahasiakan oleh pemerintah sampai tubuh kita siap menerimanya, tetapi sudah kita ketahui bersama, bahwa tidak ada yang bisa menghentikan laju perkembangan teknologi.
Kesepian ternyata lebih rumit dari yang kukira, dari yang asalnya mungkin jika aku mulai mengirim pesan ke dia, dan dia membalasnya, kesepianku akan hilang begitu saja.
Ternyata tidak, kenyataannya kita semua butuh dukungan dari yang hanya sekadar basa-basi sampai yang benar-benar mempengaruhi, jadi kucoba untuk bertemu dengan temanku, karena mungkin aku hanya ingin berbicara dengan dia tentang hal bodoh yang tidak bisa dibicarakan melalui telepon genggam, berbicara tentang mengapa klub sepak bolaku selalu kalah dalam beberapa pertandingan terakhir, tapi itu kan tidak penting, tapi itu kan berbahaya, bagaimana jika aku membawa penyakit itu?
Tapi kesehatan mental ku juga penting bukan?
Mungkin?
Tidak bisakah aku tidak memikirkannya hanya untuk sejenak.
Tidak bisakah otakku diam hanya untuk sejenak.
Tidak bisakah aku mulai berpikir seperti orang-orang yang menganggap dirinya cukup kuat jika terkena penyakit ini, tanpa memikirkan orang lain?
Ternyata tidak bisa.
Aku mencoba untuk tidak kesepian, tapi orang-orang yang berpikiran sepertiku, memang orang-orang yang hidup sendirian, orang-orang yang disatukan oleh instansi, orang-orang yang tidak peduli jika hanya ada tiga orang di pemakamannya, tetapi sepertinya sekumpulan orang yang tidak mau bicara dihari pertama mereka bertemu, akan sangat sulit disatukan.
Butuh suatu kondisi yang ajaib sampai mereka bisa berteman, tapi ya sudahlah, mungkin waktu akan menjawabnya, mungkin tidak, mungkin temanku hanya ada tiga sampai akhir hidupku, mungkin tiba-tiba terjadi sesuatu, yang membuatku mempunyai banyak teman.
Tidak ada yang bisa menerawang masa depan, jalani saja, mencoba bertahan dari menit ke menit, mencoba merencanakan beberapa hal yang menakutkan, mencoba bertahan di kesepian, tapi jelas aku tidak mau sendiri.
Komentar
Posting Komentar