Jari Terkadang lebih Jahat daripada Mulut (Prosa)

Ibu jarimu tinggal mengetikkan beberapa kata yang semuanya berhuruf kapital, berbentuk umpatan, lalu berharap untuk kesenangan sementara.

Kadang kamu bermain suatu permainan untuk menghilangkan stres, tetapi kamu membuat orang lain bahkan tidak mau melanjutkan hidupnya.

Ketika berbicara secara daring tanpa sopan santun sudah menjadi keharusan, agar bisa menjadi senang.

Tidak boleh menganggap semuanya sama, tetapi kebanyakan begitu adanya.

Bukankah ini suatu kegagalan?

Kegagalan karena tak pernah diajarkan?

Kegagalan karena dianggap tidak penting?

Diluar sana sudah belajar psikologi sejak dini, disini "bertahanlah, nanti juga akan hilang sendiri". 

Apa penyebabnya?

Apa!

Tidak bisakah seseorang mengubahnya?

Haruskah ada contoh nyata dari masalah ini?

Sudah banyak!

Haruskah yang terkenal?

Karena tidak ada bukan?

Jadi apa masalahnya!

-

Tidak akan ada yang memulai.

Semua menganggapnya sekadar gurauan.

Sakit mental?

Gangguan jiwa?

Gila?

Sudah cukup dengan semuanya.

Semuapun sakit, kamu yang mengetik itupun sakit, kamu tidak mau kesakitan sendiri, sehingga kamu memaksa orang lain untuk merasakannya. Harus simpati, tetapi kamu tidak peduli. Tolong, berhenti.

Lingkungan, trauma, dan internet.

Sadarilah, itu langkah pertamanya. Lalu mintalah bantuan, karena orang-orang di sekitarmu pasti peduli denganmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dingin (Cerpen)

Kesepian (Prosa)