Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Jari Terkadang lebih Jahat daripada Mulut (Prosa)

Ibu jarimu tinggal mengetikkan beberapa kata yang semuanya berhuruf kapital, berbentuk umpatan, lalu berharap untuk kesenangan sementara. Kadang kamu bermain suatu permainan untuk menghilangkan stres, tetapi kamu membuat orang lain bahkan tidak mau melanjutkan hidupnya. Ketika berbicara secara daring tanpa sopan santun sudah menjadi keharusan, agar bisa menjadi senang. Tidak boleh menganggap semuanya sama, tetapi kebanyakan begitu adanya. Bukankah ini suatu kegagalan? Kegagalan karena tak pernah diajarkan? Kegagalan karena dianggap tidak penting? Diluar sana sudah belajar psikologi sejak dini, disini "bertahanlah, nanti juga akan hilang sendiri".  Apa penyebabnya? Apa! Tidak bisakah seseorang mengubahnya? Haruskah ada contoh nyata dari masalah ini? Sudah banyak! Haruskah yang terkenal? Karena tidak ada bukan? Jadi apa masalahnya! - Tidak akan ada yang memulai. Semua menganggapnya sekadar gurauan. Sakit mental? Gangguan jiwa? Gila? Sudah cukup dengan semuanya. Semuapun sakit, ...

Cinta dan Kebahagiaan (Prosa)

Berbicara tentang cinta, ketika aku pun belum mengerti segalanya. Cinta adalah tujuan, setidaknya itulah pandanganku. Aku melihat cinta dan kebahagiaan, seperti ruang dan waktu. Awalnya tidak ada yang tahu, bahwa ruang dan waktu itu terhubung, tetapi sekarang semuanya sudah tahu, bahwa ruang dan waktu itu berhubungan. Menurutku, contoh itu sama dengan cinta dan kebahagiaan. Banyak orang melihat cinta dan kebahagiaan tidak terhubung sama sekali, termasuk juga aku, tetapi setelah kusadari, cinta dan kebahagiaan, hidup bersama, layaknya ruang dan waktu. Kita tidak akan bisa bahagia, tanpa cinta, dan cinta, pada dasarnya membawa kebahagiaan. Kembali lagi ke ruang dan waktu, banyak juga percaya bahwa waktu sudah ada sebelum ruang, sampai lagi-lagi pernyataan tersebut dipatahkan, dan digantikan dengan ruang, sudah ada terlebih dahulu sebelum waktu. Sama halnya seperti cinta dan kebahagiaan, menurut kebanyakan orang, kebahagiaan harus didapatkan terlebih dahulu, baru mereka bisa mencintai, te...

Teman yang Menghilang (Prosa)

Mencoba menyatukan 34 kepala, dengan masing-masing perbedaan, adalah pekerjaan yang sulit. Ditambah lagi jika mereka menutup dirinya, serapat pintu kamarnya. Berusaha berbicara dengan semuanya, berusaha menjadi akrab, walaupun ditatap dengan tatapan keraguan. Menjadi seseorang yang menjadi tolak ukur, bukanlah suatu hal yang mudah. "Jika dia bisa berbicara dengan orang itu, masa aku tidak". Begitulah kata mereka. - Bekerja secara diam-diam, tetapi harus terlihat. Menjadi orang lain, agar bisa bersatu. Skala ini sungguh kecil jika dibandingkan dengan pemersatu bangsa. Dia pasti kesulitan, apakah dia menjadi orang lain juga?  Tetapi setelah masa tiga tahun berlalu, aku tahu semua pasti akan berpisah. Apakah pekerjaanku sia-sia? Sepertinya tidak, karena aku tahu bahwa hal itu akan terjadi. Bukankah hidup itu sia-sia?  Tidak bukan. Hidup ini hanya terdiri dari momen-momen yang kita pilih tuk kita kenang. Kita tidak akan mengingat semua detail kecil yang sudah terjadi. Jadi menuru...

Kesepian (Prosa)

Rasa kesepian bisa muncul kapan saja, bahkan saat situasi sedang ramai tetapi mereka semua sibuk di dunia kecilnya masing-masing. Sungguh aku ingin berbaur, tetapi sepertinya jika aku mulai berbicara itu akan membuat pembicaraan mereka menjadi canggung, tapi akhirnya kucoba juga, dan ternyata tidak secanggung itu, mereka menanggapiku, tapi sekarang aku yang merasa canggung, jadi aku berhenti bicara. Merasa kesepian terkadang dibuat oleh diri sendiri, aku yang tidak mau diganggu, aku yang butuh sendiri, aku yang merasa berbicara ke orang lain hanyalah kewajiban yang diturunkan melalui evolusi dari nenek moyangku.  Tubuh kita tidak tahu jika ternyata kita bisa hidup di kesendirian, walaupun susah melawan keadaan. Tubuh kita tidak ber-evolusi secepat kita ber-revolusi, mungkin memang ada baiknya jika teknologi-teknologi baru dirahasiakan oleh pemerintah sampai tubuh kita siap menerimanya, tetapi sudah kita ketahui bersama, bahwa tidak ada yang bisa menghentikan laju perkembangan tekno...